ASEAN Dengue Day 2019

Rate this post

Tanggal 15 Juni diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN (ASEAN Dengue Day). ASEAN Dengue Day (ADD) digagas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010 silam dan Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN  pada 15 Juni 2011. Deklarasi Jakarta melawan Demam Berdarah Dengue (DBD) disepakati oleh 11 negara ASEAN untuk memperkuat kerjasama dan komitmen regional dalam upaya pengendalian DBD.

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul pada pasien DBD ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual, dan manifestasi pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah, serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.

Indonesia menduduki peringkat ke-2 penderita DBD setelah Brazil. Bahkan, sejak awal Januari 2019, laporan kasus DBD yang masuk ke Kementerian Kesehatan terus bertambah hinggamencapai 13.683 kasus di seluruh Indonesia. Memang setiap tahun, kejadian penyakit DBD di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim hujan di bulan Januari, dan cenderung turun pada bulan Februari hingga ke penghujung tahun.

Sampai saai ini, DBD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap ujicoba, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan memberantas nyamuk penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat dilakukan pada saat masih berupa jentik atau nyamuk dewasa.

Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengendalikan nyamuk, antara lain:

1. Pengendalian secara lingkungan yang mencakup Program 3M (Menguras tempat-tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, dan Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air)

2. Pengendalian secara biologis (memanfaatkan hewan atau tumbuhan untuk mengendalikan nyamuk)

3. Pengendalian secara kimiawi (menaburkan bubuk abate ke tempat-tempat penampungan air dan melakukan fogging)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hubungi Kami
1
Hi, Perlu Bantuan?
Scan the code
Hi 👋
Saya Memerlukan Bantuan Pest Consultant.